Bagaimana Cara Menaklukkan Pasar Tiongkok?

Kamis, 24 Oktober 2019 / 15:23 WIB

KONTAN.CO.ID - Tidak bisa dipungkiri lagi, barang-barang asal negeri Tirai Bambu memang sudah membanjiri pasar Indonesia. Dari segala peralatan yang kita gunakan setiap harinya, setidaknya ada satu yang merupakan barang buatan Tiongkok. Fenomena yang kita hadapi ini pun membuat sebagian orang bertanya, jika barang asal negeri Tiongkok yang memasuki pasar Indonesia sudah sampai sekian banyaknya, maka apa saja barang-barang asal Indonesia yang berkompeten dan memiliki daya saing di luar negeri, khususnya Tiongkok?

Pemerintah Indonesia dalam hal ini sebagai salah satu stakeholder yang sangat berpengaruh terhadap keseimbangan neraca perdagangan kedua belah negara perlu memerhatikan dan mengedepankan sector-sektor yang memiliki prospek sangat bagus untuk melakukan kegiatan ekspor, agar tidak terjadi  ketimpangan terhadap nilai impor ke Indonesia.

Dengan memerhatikan perang dagang yang sedang terjadi saat ini antara Amerika Serikat dan Tiongkok, perlu ditekankan bahwa Tiongkok mengambil langkah yang sangat defensive terhadap perekonomian negerinya dan memilih untuk tidak bergantung kepada Amerika. Contoh konkritnya bisa dilihat saat Amerika mencabut izin lisensi penggunaan sistem operasi Android milik Google untuk digunakan oleh merek smartphone lokal Tiongkok yaitu Huawei.

Pencabutan izin tersebut tidak membuat raksasa teknologi asal Tiongkok itu merengek kepada Amerka Serikat. Padahal tidak bisa dipungkiri, hal tersebut memberikan implikasi yang besar untuk para pengguna ponsel pintar Huawei, termasuk juga mereka yang ingin membeli gawai berlabel perusahaan asal Shenzhen tersebut.

Dari sini kita bisa melihat bahwa apapun yang terjadi kepada Tiongkok, mereka memilih untuk mengurangi ketergantungan kepada negara lain guna memajukan kondisi kemajuan di dalam negeri mereka sendiri.

Bangsa Indonesia, sebagai bangsa besar yang memiliki sumber daya yang melimpah dan sebagai salah satu pencetus Gerakan Non-Blok, atau negara yang tidak memiliki aliansi apapun terhadap kekuatan besar, seharusnya bisa memanfaatkan peluang dari perang dagang Amerika Serikat dan juga Tiongkok yang notabene adalah negara dengan dua kekuatan ekonomi terbesar dan terkuat di dunia saat ini. Dengan membuka mata sejeli mungkin terhadap kesempatan yang ada, Indonesia bukan tidak mungkin bisa mengambil keuntungan dari perang dagang tersebut.

Sebagai mahasiswa Indonesia yang sekaligus alumni dari salah satu universitas terbesar di Tiongkok bagian Selatan, saya mengajak Anda untuk melihat prospek besar produk-produk Indonesia yang bisa menguasai pasar di Tiongkok.

Saat pertama kali melangkahkan kaki di Tiongkok untuk menimba ilmu, tepatnya di kota Guangzhou provinsi Guangdong pada tahun 2015, untuk menemukan produk Indonesia disini bukanlah sesuatu yang mudah. Anda harus mengunjungi supermarket bertaraf internasional, barulah Anda dapat menemui produk-produk mancanegara, salah satunya juga termasuk dari Indonesia.

Dua tahun kemudian, saat saya mengunjungi supermarket kecil yang terletak didaerah kampus, saya terjekut mendapati salah satu produk mie instan yang diproduksi oleh perusahaan terkemuka di Indonesia ada di dalam rak instant noodles yang kebanyakan diisi oleh merek-merek dalam negeri Tiongkok juga beberapa merek asal Korea Selatan dan Jepang. Karena masih merasa kurang yakin bahwa produk yang saya lihat itu adalah produk asli dari Indonesia, saya pun mengambil produk tersebut dan mengamati bahwa terdapat label Halal yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia, dan satu tulisan dalam aksara Mandarin yang berarti “Buatan Indonesia.”

Dipenghujung masa studi pada awal tahun 2019, saya mendapati bahkan lebih banyak lagi produk-produk asal Indonesia yang terdapat di supermarket-supermarket skala menengah dan skala kecil di Tiongkok. Sebut saja salah satu merek wafer keju yang sudah sangat tersohor di Indonesia.

 

 

Strategi untuk Menembus Pasar Tiongkok

Jadi, jika kita menginginkan barang Indonesia yang sukses menguasai pasar Tiongkok dan memiliki brand yang dikenal orang banyak, setidaknya harus memiliki empat karakteristik. Pertama, barang yang dipasarkan haruslah memiliki keunikan tersendiri dan harus ada sesuatu yang stand out dari produk tersebut. Jika kita mengambil contoh produk-produk mie instan buatan dalam negeri di Tiongkok, sebagai mahasiswa yang sudah menghabiskan waktu hampir empat tahun disana, saya bisa mengatakan bahwa tidak ada produk yang memiliki rasa seperti mie goreng instan asal Indonesia.

Tidak heran, saat produk mie goreng instan asal Indonesia itu memasuki pasar Tiongkok, banyak orang yang menyukai citarasanya dan pada saat-saat tertentu barang tersebut sudah tidak tersedia lagi di rak-rak supermarket alias out of stock.

Kedua, produk-produk yang sudah memasuki pasar Tiongkok harus memiliki nama yang diterjemahkan kedalam bahasa Mandarin beserta aksara Mandarin agar masyarakat Tiongkok dapat membaca dan memahami dengan jelas jenis barang apa yang dijual. Bahkan merek-merek besar dunia seperti KFC, McDonald’s, Apple, dan merek global lainnya pun memiliki terjemahan dalam Bahasa Mandarin dan sangat jarang sekali ditemui merek-merek tersebut menggunakan logo aslinya yang berbahasa Inggris atau menggunakan tulisan latin.

Ketiga, harus berani menjadi pemain pertama dan masuk pasar terlebih dahulu agar bisa mendapatkan pioneer advantage. Pioneer advantage ini dapat diartikan sebagai keuntungan pemain awal atau perintis. Jika kita melihat dari salah satu wafer keju asal Indonesia yang berhasil menarik hati consumer asal Tiongkok, salah satu faktor yang memengaruhinya adalah karena belum ada produk sejenis di pasaran Tiongkok yang serupa dengan wafer keju tersebut.

Masuk ke dalam suatu market dengan pioneer advantage juga memiliki resikonya tersendiri. Karena melihat produk wafer keju asal Indonesia ini laku keras di pasar Tiongkok, salah satu produsen dalam negeri Tiongkok yang juga berfokus di sektor food and beverages juga menjiplak produk Indonesia ini dan dijual di pasaran dengan packaging yang sama persis dengan harga yang lebih murah.

Dikarenakan perbedaan hukum copyright yang berada di negeri tirai bambu, tidak semudah itu untuk menuntut perusahaan yang menjiplak karakteristik dari produk yang dimiliki oleh perusahaan dari negara lain. Di Tiongkok sendiri, sangat banyak barang-barang imitasi merek asal luar negeri yang diperjualbelikan secara bebas tanpa adanya regulasi dari pemerintah setempat. Sehingga, jika ingin memasuki pasar Tiongkok, Anda harus siap “dicuri” idenya oleh para produsen dalam negeri Tiongkok. Yang harus Anda lakukan, adalah mempertahankan kualitas barang tanpa menghiraukan mereka yang mengikuti Anda.

Keempat, cerdik dalam memanfaatkan platform digital yang sedang berkembang di Tiongkok. Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang ekspor, impor, dan juga logistik, PT. Dagang Group Indonesia, yang merupakan satu-satunya Authorized Alibaba Global Partner di Indonesia dapat menjadi pilihan Anda untuk bermitra karena kami memiliki channel untuk memasuki pasar Tiongkok secara online (T-Mall, Taobao) maupun juga offline. T-Mall dan Taobao merupakan platform B2C dan C2C terbesar di Tiongkok saat ini, yang juga merupakan anak perusahaan dari Alibaba Group Holding Ltd.

Jadi, bagaimana, sudah siap untuk go global dan menaklukkan pasar Tiongkok?

 

Aridanto

 

Alumni South China University of Technology majoring International Trade and Economics,

double degree program dengan Thomas University majoring Business Administration

 

International Business Facilitator di Global Entrepreneur & Talent Incubator (GeTI)