Kebutuhan Kakao Uni Eropa Terus Bertambah: Peluang Emas Untuk Indonesia

Rabu, 04 Desember 2019 / 10:53 WIB

KONTAN.CO.ID - Terlepas dari belenggu konflik antara Indonesia dengan Uni Eropa karena komoditas kelapa sawit (CPO), Indonesia masih memiliki peluang ekspor yang sangat besar. Kebijakan bea masuk sebesar 8-18% yang diterapkan untuk produk biodesel Indonesia tentu tak akan berpengaruh besar pada produk potensi ekspor lainnya.

Sebagai salah satu negara penghasil kokoa terbanyak dunia, Indonesia memiliki kesempatan emas untuk menguasai pasar Uni Eropa. Data menunjukkan bahwa konsumsi cokelat di negara kawasan Eropa tengah meningkat pesat, yakni sebesar 6,2 kg / kapita / tahun.

Negara-negara seperti Swiss, Jerman, Inggris, dan Irlandia menjadi lahan empuk Indonesia untuk berekspansi bisnis melalui kokoa atau pun cokelat. Dirjen Perkebunan, Kasdi Subagyono mengatakan bahwa hal ini (meningkatnya kebutuhan konsumsi cokelat atau kokoa) menjadi peluang besar untuk Indonesia. Apalagi untuk kakao olahan yang sudah punya nilai ekspor tinggi.

Manfaat Kakao

Satu alasan yang paling mendasar mengapa kakao semakin diminati adalah karena kandungan gizi kakao. Karena kakao adalah biji dari buah cokelat yang masih mentah, maka kandungan antioksidan-nya masih sangat tinggi. Kandungan antioksidan yang tedapat dalam kakao adalah flavonoid – bagian dari senyawa polifenol. Fungsinya adalah menangkal efek buruk radikal bebas yang dapat memicu penyakit.

Selain kaya akan antioksidan, kakao juga dapat memperkecil peluang dari terjadinya penyakit jantung dan stroke. Sebuah penelitan yang dilakukan oleh British Cardiac Society menunjukkan bahwa kakao mampu mengurangi kadar kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh.

Penelitian lainnya dari Food and Chemical Toxicology menyebutkan bahwa kandungan antioksidan yang ada dalam kakao mampu melindungi sel dari kerusakan molekul reaktif, menghambat pertumbuhan sel kanker, dan membantu mencegah penyebaran (kanker). Seperti telah kita sama-sama kita ketahui bahwa kanker tengah menjadi musuh bersama.

Produksi Kakao Indonesia

Produksi kakao di Indonesia kini telah terus mengalami peningkatan. Terutama untuk daerah seperti Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Aceh, dan Lampung yang merupakan penghasil kakao terbesar Indonesia.

Data yang didapatkan dari Dirjen Perkebunan menunujukkan bahwa produksi dari enam provinsi tersebut terus meningkat sejak 2016 silam. Produksi kakao terbesar saat ini dipegang oleh Sulawesi Tengah yang mencapai 101.168 ton (pada 2019).

No

Provinsi

 

Produksi Kakao (dalam Ton)

 

 

 

2017

2018

2019

1

Sulawesi Tengah

100.590

100.702

101.168

2

Sulawesi Tenggara

92.831

93.301

93.459

3

Sulawesi Selatan

100.391

100.567

100.760

4

Sumatera Barat

46.052

46.151

46.683

5

Aceh

27.129

27.364

27.568

6

Lampung

34.857

35.047

35.486

 

Selain menjadi provinsi dengan produksi kakao terbesar, sejak 2016 silam Sulawesi Tengah telah menjadi daerah favorit untuk ekspor kakao. Data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Tengah menunjukkan bahwa ekspor kakao Sulawesi Tengah pernah menyumbang devisa negara sebesar 300 juta dollar Amerika Serikat.

Yang paling membanggakan, kakao Indonesia kini menjadi salah satu kakao terbaik dunia. Bahkan kakao yang diolah di Swiss adalah kakao dari Indonesia. Sejalan dengan data yang telah ditunjukkan pada awal tulisan, Swiss merupakan negara dengan peminat kakao terbesar, oleh karena itu Indonesia punya peluang ekspor yang sangat besar!

Peluang ekspor ini tentu tidak boleh disia-siakan oleh pelaku bisnis kakao atau cokelat Indonesia. Usaha untuk realisasi ekspor kakao akan sangat dipermudah dan terbuka lebar. Pasalnya, sejak 2016 lalu pemerinta Republik Indonesia telah berjanji untuk terus meningkatkan produksi kakao Indonesia.

Hal ini telah terbukti dengan sebuah langkah yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian Indonesia melalui wadah diplomasi Indonesia – EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU – CEPA) yang telah melakukan kerja sama diplomasi serta upaya dagang untuk mengurangi tarifikasi kakao di Eropa sekaligus meningkatkan konsumsi kakao olahan Indonesia di wilayah tersebut.

Selain itu, Kementerian Pertanian juga terus meningkatkan program BUN500 yang bertujuan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas kakao Indonesia melalui penyediaan bibit kakao unggul.

Cara Ekspor ala Uni Eropa

Setiap negara pasti memiliki persyaratannya masing-masing untuk melakukan ekspor, begitu juga dengan Uni Eropa. Direktorat Jenderal Perdagangan Komisi Eropa menyediakan website yang disebut Export Help Desk for Developing Countries. Website ini dikhususkan untuk para eksportir negara berkembang sehingga dapat mengakses persyaratan mengenai cara-cara memasuki pasar di negara-negara anggota Uni Eropa dengan mudah.

Melalui website ini pelaku usaha dapat menemukan cara untuk memecahkan masalah tariff dan kuota hingga ke aspek teknis dan persyaratan ekspor. Dalam salah satu menu website, dapat ditemukan informasi mengenai pajak, kode produk, asal negara dan negara tujuan ekspor. Pada menu import tariffs, pelaku usaha dapat menemukan informasi mengenai tariff untuk produk-produk yang diperkenankan masuk ke Uni Eropa.

Menu yang tidak kalah penting adalah trade statistics yaitu menu yang berisi tentang statistik perdagangan semua negara yang sudah menjadi mitra dagang Uni Eropa. Bagi pelaku usaha, statistik ini dapat sangat bermanfaat agar pelaku usaha tidak terjerumus pada pasar yang salah. Selain itu, menu trade statistics akan menunjukkan siapa saja yang akan menjadi kompetitor pelaku usaha ketika memasuki pasar Uni Eropa.

Lanjutkan Tren Positif

Dengan data-data yang ada di atas, baik tren positif dari pertumbuhan produksi kakao Indonesia dan peminat kakao dunia, Indonesia dan pelaku bisnis kakao Indonesia tidak boleh tinggal diam. Pemerintah harus terus mendorong peningkatan volume ekspor kakao dan produk sejenisnya menuju Uni Eropa.

Atase Pertanian Indonesia untuk Belgia mengatakan bahwa neraca perdagangan Indonesia untuk produk kakao dan sejenisnya menunjukkan tren meningkat. Nilai ekspor kakao Indonesia ke Uni Eropa pada 2018 lalu telah mencapai lebih dari 210 juta dollar Amerika Serikat. Data tersebut sekaligus memperlihatkan terjadinya peningkatan sebesar 22% dari nilai ekspor kakao ke Uni Eropa pada 2017 yang hanya mencapai 201 juta dollar Amerika.

Apakah tren positif ini harus dilanjutkan? Jawabannya adalah ya! Bagi Anda yang menjalankan bisnis di produk kakao dan turunannya, jumlah nilai ekspor kakao Indonesia ke Uni Eropa baru menyentuh satu persen dari total nilai impor Uni Eropa. Peluang masih begitu besar untuk Indonesia.

Pada suatu kesempatan, Atase Perdagangan KBRI di Brussel, Merry Astrid Indriasari, mengatakan bahwa kunci dalam perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) adalah liberalisasi tariff. Hal ini dilakukan terus-menerus dalam meja perundingan seperti Indonesia – European Union Comprehensive Partnership Agreement. Dengan kata lain, hal tersebut sekaligus dapat mendorong laju ekspor komoditi kakao dan produk turunannya ke pasar UE.

Peningkatan produksi menjadi penting dilakukan. Mengingat permintaan kakao dalam negeri juga terus meningkat, sehingga hal ini dapat menghambat produksi kakao untuk ekspor. Bagi Anda yang tengah menjalankan bisnis kakao atau cokelat, meningkatkan produksi komoditas harus menjadi fokus utama agar pasokan kakao ekspor tidak kalah dengan pasokan dalam negeri.

Usaha-usaha penting yang perlu dilakukan oleh para pelaku bisnis kakao adalah revitalisasi kebun-kebun kakao atau coklat, penggunaan bibit berkualitas serta penguasaaan teknik budidaya mengikuti konsep Good Agriculture Practice.