Potensi Produk Indonesia di Pasar Uni Eropa

Rabu, 20 November 2019 / 16:08 WIB

KONTAN.CO.ID - Uni Eropa merupakan suatu kawasan yang menjadi salah satu pangsa ekspor Indonesia. Data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik pada awal tahun 2019 menyebutkan bahwa Uni Eropa merupakan mitra dagang terbesar ketiga Republik Indonesia setelah negara-negara kawasan Asia Tenggara (ASEAN) dan Republik Rakyat Tiongkok. Jumlah ekspor Indonesia ke Uni Eropa pada tahun 2018 dengan komoditas-komoditas diluar minyak dan gas (non-migas) mencapai US$ 7,41 miliar.

Dengan jumlah populasi masyarakat Uni Eropa yang mencapai hampir 742 juta orang, Indonesia tentu harus mengambil kesempatan untuk menggenjot ekspor komoditas-komoditas dan produk unggulan dalam negeri. Negara-negara yang tergabung di dalam Uni Eropa juga dapat dikategorikan sebagai negara-negara maju dengan rata-rata nilai produk domestik bruto  per kapita (GDP per capita) mencapai US$38,500 sehingga barang-barang kualitas ekspor milik Indonesia tetap menjadi terjangkau untuk kebanyakan masyarakat Uni Eropa yang bisa dikatakan kelas menengah atas dalam segi pendapatan.

Masyarakat Indonesia yang merantau ke negara-negara di Uni Eropa sendiri juga bisa dibilang cukup banyak. Jumlah masyarakat Indonesia yang tinggal di Uni Eropa baik untuk tujuan kuliah, bekerja, atau menetap hampir mencapai 58,000 orang dengan persebaran terbanyak di negara-negara seperti Belanda, Perancis, Jerman, Inggris, Italia, Turki, dan masih banyak negara-negara lainnya. Tentu saja dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang tersebar di berbagai negara di kawasan Uni Eropa ini membuat pasar barang-barang Indonesia lebih luas, apalagi produk-produk food and beverages yang akan selalu diminati perantau Indonesia yang sudah lama tidak pulang ke kampung halaman.

 

Peningkatan Daya Saing Produk Pangan

Menurut data yang dipublikasikan oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Indonesia menempati peringkat ke-22 dalam hal pemasok bahan pangan untuk skala global, dengan persentasi marketshare ekspor sebesar 1,05% atau senilai US$ 6,48 miliyar. Jenis produk atau makanan dari Indonesia yang banyak diminati pasar global adalah produk tembakau (rokok), produk-produk ikan tuna, udang, produk kopi, makanan siap saji, kepiting, makanan ringan (waffle dan wafer), pasta, biskuit manis, serta produk olahan rumput laut dan tumbuhan alga lainnya.

Sementara untuk pasar Uni Eropa sendiri, produk-produk makanan dari Indonesia paling banyak dipasarkan di Belanda (US$ 34,84 juta), Italia (US$ 26,74 juta), Jerman (US$ 26,32 juta), Belgia (US$ 24,92 juta), Inggris (US$ 21,11 juta), Federasi Russia (US$ 17,98 juta), Spanyol (US$ 11,95 juta), Perancis (US$ 6,60 juta), Turki (US$ 5,91 juta), dan Portugal (US$ 5,86 juta). Produk makanan Indonesia yang paling diminati pasar Uni Eropa adalah olahan tuna, tembakau, olahan nanas, produk kelapa, udang, makanan siap saji, rokok, pengental makanan dari olahan sayur, dan the hitam.

Seiring dengan meningkatnya permintaan produk pangan global, para produsen dan juga eksportir Indonesia harus mempersiapkan berbagai tantangan dan persyaratan yang harus dimiliki guna memasuki pasar Uni Eropa. Masyarakat Eropa yang sudah mulai meningkatkan kesadaran mereka terhadap pentingnya mengkonsumsi makanan yang telah memiliki standar keamanan pangan juga memilah jenis makanan apa saja yang memiliki kualitas tinggi. Jika produk pangan asal Indonesia tidak mau kalah bersaing dengan produk pangan asal negara lain, maka produsen Indonesia harus memiliki pengetahuan tentang jenis sertifikasi produk pangan yang dimiliki oleh negara Uni Eropa.

Di Uni Eropa sendiri, negara yang menjadi pemasok makanan terbesar adalah Jerman. Karena itulah, Jerman menjadi pusat perkembangan standar sertifikasi pangan di wilayah Uni Eropa, dan juga diikuti oleh negara-negara di kawasan Uni Eropa maupun belahan benua lain. Ini artinya, produsen yang berhasil memperoleh sertifikasi pangan di Jerman, akan memiliki akses yang lebih mudah untuk memasuki pasar negara lain yang masih dalam satu wilayah Uni Eropa.

 

Peluang Kopi Indonesia

Di dalam negeri, kita melihat fenomena banyaknya warung-warung kopi lokal yang keberadaanya sangat sering ditemukan. Dulu, sebelum warung-warung kopi ini berjamuran seperti sekarang, masyarakat Indonesia kebanyakan hanya mengenal kopi jenis sachet, atau hanya tahu kedai-kedai kopi yang berasal dari negeri Paman Sam tanpa mengetahui bahwa potensi bijih kopi lokal jika diolah secara mumpuni dapat menghasilkan citarasa yang tidak kalah dibandingkan citarasa kedai kopi multinasional yang harganya cukup dapat menguras kantong tersebut.

Sekarang, potensi bijih kopi asal Indonesia yang berjaya didalam negeri sendiri juga mulai diakui oleh masyarakat internasional khususnya di negara-negara Eropa. Permintaan kopi asal Indonesia mulai mengalami peningkatan pada tahun 2019 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kopi Indonesia sendiri masuk ke pasar di negara-negara Eropa tengah melalui Republik Ceko.

Tapi, dalam hal ekspor kopi ke negara-negara Uni Eropa ini, Indonesia tidak boleh lengah dan kalah saing terhadap negara-negara lain yang juga menjadi negara pengekspor kopi ke Uni Eropa, yaitu Brazil dan Vietnam. Jika dibandingkan dengan Vietnam yang merupakan negara tetangga kita di Asia Tenggara, Indonesia bisa dibilang lumayan cukup tertinggal karena angka produktivitas lahan kopi di Vietnam mencapai 2 sampai dengan 3 ton per 1 hektar, sementara angka produktivitas lahan kopi di Indonesia terbilang cukup kecil, yaitu kurang dari 1 ton per 1 hektar.

Jika negara kita ingin produk bijih kopi dan olahan-olahannya berjaya di pasar dunia terutamanya Eropa, maka harus terdapat sinergi yang kuat antara hulu sampai dengan hilir. Petani kopi dalam hal ini sebagai produsen utama dan penyedia bahan baku harus dapat terus meningkatkan produktivitas lahan dan juga tetap menjaga kualitas kopi, dan pemerintah Indonesia sebagai regulator juga harus dapat menyokong produsen-produsen kopi dalam negeri agar dapat dimudahkan untuk melakukan ekspor, supaya keduabelah pihak dapat diuntungkan dengan ekspor kopi Indonesia yang meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News